Ada banyak cara untuk “memenangkan” argumen yang melibatkan tindakan manipulatif, kasar, atau bersikap buruk terhadap orang lain. Di era opini yang terpolarisasi dan argumen yang terlalu panas—dengan kata lain—seni terlibat dalam perdebatan yang bijaksana dan produktif terasa sia-sia.
Meskipun ada banyak taktik untuk “memenangkan” argumen, kemajuan sejati datang dari pendekatan yang mengutamakan pengertian dan rasa hormat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan jika Anda benar-benar ingin melakukan percakapan dengan itikad baik dan mencapai pemahaman yang lebih baik dengan orang lain.
Tetapkan aturan dasar
Bergantung pada seberapa formal percakapan itu terasa, mungkin ada baiknya untuk menyetujui beberapa aturan dasar untuk diskusi tersebut. Sebelum membahas topik yang kontroversial, sampaikan hal-hal berikut kepada lawan bicara:
-
Tidak ada serangan pribadi atau makian
-
Berbicara secara bergiliran tanpa gangguan
-
Komitmen untuk tetap saling menghormati meskipun ada perbedaan pendapat
-
Kesepakatan untuk mengambil jeda jika emosi memuncak
Dengan adanya pedoman ini, suasana konstruktif dapat terjaga sepanjang debat.
Berkomitmen untuk mendengarkan secara aktif
Sebelum terlibat dalam perdebatan, buatlah komitmen sadar untuk benar-benar mendengarkan lawan bicara. Mendengarkan secara aktif melibatkan lebih dari sekadar menunggu giliran Anda untuk berbicara. Ini berarti memberikan perhatian penuh kepada pembicara dan mencoba memahami perspektifnya, bahkan jika Anda tidak setuju dengannya. Alih-alih langsung mengajukan argumen tandingan untuk memperjuangkan sisi Anda sendiri, ajukan pertanyaan klarifikasi dan rangkum apa yang telah Anda dengar untuk mengonfirmasi pemahaman Anda. Ini juga membantu lawan bicara mendengar dengan tepat seperti apa sudut pandang mereka.
Dengan mendengarkan secara aktif, Anda menunjukkan rasa hormat terhadap sudut pandang orang lain dan menciptakan suasana yang mendukung saling pengertian. (Berikut ini beberapa kiat untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan secara aktif.)
Mencari titik temu
Mulailah percakapan dengan mengidentifikasi bidang-bidang yang disetujui. Hal ini membangun dasar nilai-nilai atau kepentingan bersama, yang dapat membantu menjembatani perbedaan-perbedaan di kemudian hari dalam diskusi. Misalnya, cobalah sesuatu yang langsung seperti, “Sebelum kita menyelami perbedaan pendapat kita, dapatkah kita bicarakan tentang apa yang kita berdua sepakati terkait masalah ini?“Jika Anda tidak dapat menemukan secuil realitas yang sama, maka tidak ada gunanya terlibat dalam pertengkaran yang tidak masuk akal. Menemukan titik temu akan memanusiakan kedua belah pihak dan mengingatkan semua orang bahwa Anda berada di tim yang sama dalam mencari hasil terbaik.
Gunakan pernyataan “saya”
Sebuah pendekatan klasik karena suatu alasan. Susun argumen Anda menggunakan pernyataan “saya” alih-alih pernyataan “Anda” yang menuduh. Mengutip setiap terapis keluarga yang pernah saya temui, pendekatan ini:
-
Mengambil alih kepemilikan atas perasaan dan opini Anda
-
Mengurangi sikap defensif pada orang lain
-
Tetap fokus pada perspektif Anda daripada menyerang perspektif mereka
Misalnya, daripada mengatakan, “Anda sepenuhnya salah tentang hal ini,” cobalah, “Saya melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda, dan inilah alasannya…”
Prioritaskan rasa ingin tahu daripada keyakinan
Saya pernah menulis sebelumnya tentang mantra saya untuk memprioritaskan rasa ingin tahu daripada kinerja dalam percakapan. Demikian pula, Anda harus memasuki setiap perdebatan atau ketidaksetujuan dengan rasa ingin tahu yang tulus untuk belajar, bukan hanya untuk membuktikan pendapat Anda. Tanyakan kepada diri Anda sendiri:
-
Apa yang mungkin tidak saya pahami tentang perspektif mereka?
-
Pengalaman apa yang membentuk pandangan mereka?
-
Apa yang dapat saya pelajari dari percakapan ini, meski kita terus berbeda pendapat?
Perubahan pola pikir ini dapat mengubah argumen potensial menjadi peluang untuk pertumbuhan dan pemahaman yang lebih dalam.
Bersikaplah terbuka untuk mengubah pikiran Anda
Saya mengerti—jika Anda berdebat tentang apakah pernyataan bahwa imigran di Ohio memakan hewan peliharaan merupakan retorika kebencian atau tidak, Anda mungkin tidak berpikiran terbuka. Namun, perdebatan menjadi buntu ketika orang hanya berfokus pada posisi mereka daripada kepentingan yang mendasarinya. Cobalah untuk mengungkap inti permasalahan dan motivasi di balik sikap setiap orang. Ini dapat mengungkap area keselarasan yang tidak terduga dan membuka kemungkinan baru untuk penyelesaian.
Dalam konteks yang sama, masuklah ke dalam perdebatan dengan keinginan tulus untuk mengubah pikiran Anda jika disajikan dengan bukti atau argumen yang meyakinkan. Bahkan jika pada akhirnya Anda tidak mengubah posisi Anda, sikap ini mendorong pertukaran pendapat yang lebih produktif.
Berlatihlah berempati
Berusahalah untuk berempati dengan posisi orang lain. Cobalah untuk memahami bukan hanya argumen logis mereka, tetapi juga keterlibatan emosional mereka dalam topik tersebut. Mengakui perasaan mereka dapat sangat membantu dalam membangun hubungan dan mendorong dialog yang lebih konstruktif.
Pisahkan fakta dari interpretasi
Dalam setiap perdebatan, sangat penting untuk membedakan antara fakta objektif dan interpretasi subjektif. Jelaskan yang mana yang mana dalam argumen Anda sendiri, dan mintalah klarifikasi ketika orang lain menyajikan informasi yang mengaburkan batasan. Praktik ini membantu memfokuskan ketidaksetujuan pada interpretasi dan pendapat, bukan fakta dasar—karena jika orang lain dalam percakapan mengabaikan fakta, Anda akan tahu bahwa perjuangan Anda yang sebenarnya adalah menemukan titik temu itu, dan itu mungkin tidak mungkin.
Intinya: Bertujuan untuk kemajuan, bukan “kemenangan”
Ubah tujuan Anda dari “memenangkan” perdebatan menjadi membuat kemajuan dalam masalah tersebut. Ini mungkin berarti menemukan area kompromi dan menyetujui prinsip bersama, meskipun solusi spesifiknya berbeda.
Sayangnya, menerapkan strategi ini dalam perdebatan Anda membutuhkan banyak latihan dan kesabaran—dan, berdasarkan pengalaman pribadi, menelan banyak harga diri. Hal ini tidak selalu mudah, terutama saat membahas keyakinan yang dipegang teguh atau topik yang sarat emosi. Namun, dengan berkomitmen pada prinsip-prinsip ini, Anda menciptakan kondisi untuk pertukaran yang lebih bijaksana, produktif, dan pada akhirnya memuaskan. Ingat, tujuannya bukanlah untuk mengalahkan orang lain, tetapi untuk memajukan pemahaman dan menemukan solusi yang lebih baik bersama-sama.